Tuesday, February 23, 2016

Buang-buang tenaga dilaut bersama sikamfret... preettttt
Contoh anak kurang kerjaan ya begine ne..

My SKRIPSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam hal kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup masyarakat berkaitan dengan interaksi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering diartikan sebagai “kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya puskesmas.
Di Indonesia puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. konsep puskesmas dilahirkan tahun 1986 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta. Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk menyatakan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).[1] Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpaku kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Tujuan utama dari adanya puskesmas yaitu menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.[2]
Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas semakin berkembang sejak berdirinya hingga sekarang. Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itupun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana prasarana, serta biaya yang tersedia berikut kemampuan dari tiap-tiap puskesmas.
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas, kegiatan penyuluhan dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas, apakah diklinik puskesmas, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dengan demikian, seorang perawat atau petugas harus mampu menjalankan peranannya dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, masyarakat, maupun kelompok khusus, apakah itu dirumah sakit, klinik puskesmas, rumah bersalin, dirumah maupun dimasyarakat dalam mengubah prilaku mereka kepada prilaku yang sehat. Kunci keberhasilan daripada penyuluhan adalah sejauh mana kemampuan si penyuluh (Komunikator) mampu melakukan komunikasi secara efektif  terhadap sasaran (Komunikan), karena komunikasi merupakan proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu yang bertindak sebagai sumber dengan individu yang bertindak sebagai pendengar.[3]
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Kenyataannya komunikasi secara mutlak merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, tidak terkecuali bagi yang berstatus sebagai perawat yang tugasnya sehari-hari berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien, teman, atasan, dan sebagainya. Maka komunikasi adalah sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Sebagaimana kita ketahui pasien selalu menuntut pelayanan yang paripurna. Sakit yang diderita pasien bukan hanya sakit secara fisik saja namun jiwanya juga mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. disinilah peranan komunikasi mempunyai andil yang sangat besar. Ada empat keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi  dengan pasien dan masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni: pengetahuan, ketulusan, semangat dan praktek.[4]
Istilah komunikasi berasal dari kata latin communis, yang artinya sama. Arti kata sama di sini menunjukkan sama makna diantara dua orang atau lebih yang terlibat komunikasi dan dalam betuk percakapan atau pertukaran informasi. Dalam komunikasi tidak hanya terjadi proses pemberitaan informasi (sekadar mengetahui atau mengerti), tetapi juga adanya persuasif. Persuasif adalah salah satu bentuk kesediaan orang untuk menerima suatu paham atau keyakinan dan melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan. Komunikasi merupakan hal yang penting dalam keseharian kita, melalui komunikasi dapat terjalin suatu hubungan dan kepercayaan antar individu. Bahkan melalui komunikasi dapat mengubah kepercayaan, nilai, dan keyakinan yang dianut individu mupun kelompok. Komunikasi memegang peranan besar karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan untuk berkomunikasi sekalipun bentuk dan cara komunikasinya berbeda-beda. Keterampilan berkomunikasi melibatkan aktifitas fisik, psikologis, dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, sosial, pengalaman, usia, pendidikan, dan tujuan komunikasi.[5]
Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Terkait dengan definisi tersebut, maka petugas peyuluh kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan.
Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Sementara itu, sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasran pendidikan kesehatan, meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat kelompok khusus, dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.[6]  Perencanaan penyuluhaan merupakan kegiatan bersama/tim dan harus didasarkan atas pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan diberikan penyuluh, program apa yang mempercepat penanggulangan, daerah dan masyarakat yang menjadi sasaran, serta sarana yang bisa dipergunakan dan dimanfaatkan.
Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan melalui upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah prilakunya menjadi prilaku sehat. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara berkala untuk kelompok-kelompok masyarakat diwilayah kerja puskesmas.[7] Tujuan pokok dalam penyuluhan kesehatan adalah adanya perubahan prilaku, dalam teori dinyatakan bahwa prilaku seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau berhasil megubah prilaku seseorang, maka ia akan mengubah perilakunya. Namun demikian, hal ini tidak mutlak sebab dalam praktiknya tidak selamanya benar. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah perilakunya.
Jadi, dalam penyuluhan ada beberapa hal yang dapat di evaluasi yang berkaitan dengan perilaku seperti prilaku orang tua membawa anaknya ke puskesmas untuk dilakukan imunisasi, anggota keluarga dlam masyarakat membuat jamban, menyediakan tempat penampungan sampah sementara, dan lainnya.


Namun demikian, ada beberapa prilaku yang tidak dapat diamati secara langsung seperti jamban dan tempat penampungan sampah dipergunakan atau tidak. Dalam penyuluhan tentunya tidak dapat dievaluasi secara tuntas (langsung) sebab perubahan prilaku membutuhkan waktu. Program penyuluhan hanya bisa mengukur pada pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan, yang Cuma merupakan tolak ukur sementara, atau tolak ukur yang kemungkinan terjadinya perubahan prilaku, Sementara perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa diantaranya faktor sosial budaya, ekonomi, politik, faktor sarana, dan faktor-faktor lain.[8]
Sekalipun berbagai hasil telah banyak dicapai dan dilakukan, pelaksanaan puskesmas masih menghadapi berbagai masalah diantaranya visi dan misi puskesmas belum dirumuskan secara jelas sehingga pelaksanaan program puskesmas  dan keterkaitannya dengan program pembangunan kesehatan secara keseluruhaan belum berjalan maksimal. Keterlibatan masyarakat yg merupakan andalan penyelenggaraan penyuluhan dan pelayanan kesehatan belum dikembangkan secara optimal, sampai saat ini, puskesmas kurang berhasil menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi sumber daya masyarakat dalam penyelenggaraan upaya puskesmas.[9]
Pada umumnya banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang petugas kesehatan dalam mencapai keberhasilan suatu program, namun keberhasilan program penyuluhan  kesehatan tergantung dari komunikasi petugas dalam melaksanakan peran dan fungsinya secara professional khususnya di Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie. Selama ini penyuluhanan kesehatan hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan informasi, Padahal seorang perawat  bukan hanya memberikan informasi tetapi juga dapat berperan sebagai pendidik, motivator kesehatan, dan agen perubahan (perubahan perilaku sehat).  Hubungan komunikasi yang erat antara petugas kesehatan dan masyarakat sangat penting dan harus terjadi interaksi sosial yang bermanfaat. Petugas kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang mereka layani.
Puskesmas masih belum berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi partisipasi masyarakat serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait. Selama ini penyuluhan yang dilakukan perawat Puskesmas Peukan Baro masih kurang efektif dalam komunikasi persuasif. Hal ini dapat dibuktikan dengan perilaku masyarakat yang enggan membuat tempat sampah, pasien seolah tidak peduli akan kesehatannya ketika sehat kembali karena sudah kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat dan selalu berpikiran kuno dengan menumpuk sampah di sudut rumah dan membakarnya, kemudian masyarakat masih kurang memperhatikan kebersihan dalam rumahnya sehingga banyak anak-anak yang terkena demam berdarah saat musim hujan tiba, dalam hal  kebersihan lingkungan juga masih cukup memprihatinkan. Hal ini disebabkan karena ternak-ternak milik masyarakat seperti sapi, kambing, dan kerbau masih berkeliaran bebas tanpa pengandangan. Selain itu, dukungan dana/anggaran untuk petugas yang akan melakukan penyuluhan juga masih tergolong sangat terbatas.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian  lebih lanjut tentang “Komunikasi Perawat dalam Memberi Penyuluhan Kesehatan (Study pada Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie).
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah:
1.    Bagaimana komunikasi perawat dalam memberi penyuluhan kesehatan di    Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie ?
2.    Apa saja kendala komunikasi perawat dalam memberi penyuluhan kesehatan di puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie ?
C.  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1.    Untuk mengetahui komunikasi perawat dalam memberi penyuluhan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie.
2.    Untuk mengetahui kendala komunikasi yang terjadi pada perawat dalam memberi penyuluhan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie.
D.  Kegunaan Penelitian
     Adapun manfaat dari penelitian bersifat teoritis dan manfaat praktis:
1.         Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi dan penyuluhan.
2.  Manfaat Praktis
a.         Menjadi pedoman sekaligus referensi bagi mahasiswa yang ingin mendalami ilmu komunikasi dan penyuluhan, terutama mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh
b.        Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan bagi peneliti sendiri tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi dan penyuluhan.