BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Secara teori, sebuah
negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang tidak lain bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam hal kebersamaan.
Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini
akan melaksanakan fungsinya menyediakan kebutuhan hidup masyarakat berkaitan
dengan interaksi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di
kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering diartikan sebagai
“kebutuhan publik”. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah
kesehatan. Kesehatan adalah pelayanan publik yang bersifat mutlak dan erat
kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Untuk semua pelayanan yang bersifat
mutlak, negara dan aparaturnya berkewajiban untuk menyediakan layanan yang
bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Salah satu wujud nyata penyediaan
layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya puskesmas.
Di Indonesia puskesmas
merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama. konsep puskesmas
dilahirkan tahun 1986 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional
(Rakerkesnas) I di Jakarta. Melalui rakernas tersebut timbul gagasan untuk
menyatakan semua pelayanan tingkat pertama kedalam suatu organisasi yang
dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).[1]
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpaku kepada
masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Tujuan utama dari
adanya puskesmas yaitu menyediakan layanan kesehatan yang bermutu namun dengan
biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat, terutama masyarakat dengan
kelas ekonomi menengah ke bawah.[2]
Kegiatan-kegiatan pokok
puskesmas semakin berkembang sejak berdirinya hingga sekarang. Berdasarkan buku
pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada 18 usaha pokok kesehatan yang dapat
dilakukan oleh puskesmas, itupun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana
prasarana, serta biaya yang tersedia berikut kemampuan dari tiap-tiap
puskesmas.
Penyuluhan kesehatan
masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program
puskesmas, kegiatan penyuluhan dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas,
apakah diklinik puskesmas, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat. Dengan
demikian, seorang perawat atau petugas harus mampu menjalankan peranannya dalam
memberikan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, masyarakat, maupun
kelompok khusus, apakah itu dirumah sakit, klinik puskesmas, rumah bersalin,
dirumah maupun dimasyarakat dalam mengubah prilaku mereka kepada prilaku yang
sehat. Kunci keberhasilan daripada penyuluhan adalah sejauh mana kemampuan si
penyuluh (Komunikator) mampu melakukan komunikasi secara efektif terhadap sasaran (Komunikan), karena
komunikasi merupakan proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu
yang bertindak sebagai sumber dengan individu yang bertindak sebagai pendengar.[3]
Dalam kehidupan
sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Kenyataannya
komunikasi secara mutlak merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari
kehidupan kita, tidak terkecuali bagi yang berstatus sebagai perawat yang
tugasnya sehari-hari berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien,
teman, atasan, dan sebagainya. Maka komunikasi adalah sarana yang sangat
efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Sebagaimana kita ketahui pasien selalu menuntut pelayanan yang paripurna. Sakit
yang diderita pasien bukan hanya sakit secara fisik saja namun jiwanya juga
mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarenakan oleh proses adaptasi
dengan lingkungannya sehari-hari. disinilah peranan komunikasi mempunyai andil
yang sangat besar. Ada empat keharusan bagi perawat dalam serangkaian
komunikasi dengan pasien dan masyarakat.
Empat keharusan tersebut yakni: pengetahuan, ketulusan, semangat dan praktek.[4]
Istilah komunikasi
berasal dari kata latin communis,
yang artinya sama. Arti kata sama di sini menunjukkan sama makna diantara dua
orang atau lebih yang terlibat komunikasi dan dalam betuk percakapan atau
pertukaran informasi. Dalam komunikasi tidak hanya terjadi proses pemberitaan
informasi (sekadar mengetahui atau mengerti), tetapi juga adanya persuasif.
Persuasif adalah salah satu bentuk kesediaan orang untuk menerima suatu paham atau
keyakinan dan melakukan suatu tindakan ataupun perbuatan. Komunikasi merupakan
hal yang penting dalam keseharian kita, melalui komunikasi dapat terjalin suatu
hubungan dan kepercayaan antar individu. Bahkan melalui komunikasi dapat
mengubah kepercayaan, nilai, dan keyakinan yang dianut individu mupun kelompok.
Komunikasi memegang peranan besar karena pada dasarnya setiap manusia memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi sekalipun bentuk dan cara komunikasinya
berbeda-beda. Keterampilan berkomunikasi melibatkan aktifitas fisik,
psikologis, dan sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, sosial,
pengalaman, usia, pendidikan, dan tujuan komunikasi.[5]
Dalam konsepsi
kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan
pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan
menamkan keyakinan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan
mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan
kesehatan. Terkait dengan definisi tersebut, maka petugas peyuluh kesehatan
harus menguasai ilmu komunikasi dan menguasai pemahaman yang lengkap tentang
pesan yang akan disampaikan.
Tujuan dari penyuluhan
kesehatan adalah untuk mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat. Sementara
itu, sasaran penyuluhan kesehatan, seperti juga sasran pendidikan kesehatan,
meliputi masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan, masyarakat
kelompok khusus, dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual.[6] Perencanaan penyuluhaan merupakan kegiatan
bersama/tim dan harus didasarkan atas pengetahuan yang cukup tentang apa yang
akan diberikan penyuluh, program apa yang mempercepat penanggulangan, daerah
dan masyarakat yang menjadi sasaran, serta sarana yang bisa dipergunakan dan
dimanfaatkan.
Penyuluhan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan nilai kesehatan melalui
upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah
prilakunya menjadi prilaku sehat. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara berkala
untuk kelompok-kelompok masyarakat diwilayah kerja puskesmas.[7] Tujuan
pokok dalam penyuluhan kesehatan adalah adanya perubahan prilaku, dalam teori
dinyatakan bahwa prilaku seseorang dipengaruhi oleh sikapnya. Kalau berhasil
megubah prilaku seseorang, maka ia akan mengubah perilakunya. Namun demikian,
hal ini tidak mutlak sebab dalam praktiknya tidak selamanya benar. Orang bisa
berperilaku bertentangan dengan sikapnya dan bisa juga merubah sikapnya sesudah
yang bersangkutan merubah perilakunya.
Jadi, dalam penyuluhan
ada beberapa hal yang dapat di evaluasi yang berkaitan dengan perilaku seperti
prilaku orang tua membawa anaknya ke puskesmas untuk dilakukan imunisasi,
anggota keluarga dlam masyarakat membuat jamban, menyediakan tempat penampungan
sampah sementara, dan lainnya.
Namun demikian, ada beberapa prilaku
yang tidak dapat diamati secara langsung seperti jamban dan tempat penampungan
sampah dipergunakan atau tidak. Dalam penyuluhan tentunya tidak dapat
dievaluasi secara tuntas (langsung) sebab perubahan prilaku membutuhkan waktu.
Program penyuluhan hanya bisa mengukur pada pengetahuan dan sikap mereka
terhadap kesehatan, yang Cuma merupakan tolak ukur sementara, atau tolak ukur
yang kemungkinan terjadinya perubahan prilaku, Sementara perubahan perilaku
dipengaruhi oleh beberapa diantaranya faktor sosial budaya, ekonomi, politik, faktor
sarana, dan faktor-faktor lain.[8]
Sekalipun berbagai
hasil telah banyak dicapai dan dilakukan, pelaksanaan puskesmas masih
menghadapi berbagai masalah diantaranya visi dan misi puskesmas belum
dirumuskan secara jelas sehingga pelaksanaan program puskesmas dan keterkaitannya dengan program pembangunan
kesehatan secara keseluruhaan belum berjalan maksimal. Keterlibatan masyarakat
yg merupakan andalan penyelenggaraan penyuluhan dan pelayanan kesehatan belum
dikembangkan secara optimal, sampai saat ini, puskesmas kurang berhasil
menumbuhkan inisiatif dan rasa memiliki serta belum mampu mendorong kontribusi
sumber daya masyarakat dalam penyelenggaraan upaya puskesmas.[9]
Pada umumnya banyak
faktor yang mempengaruhi kinerja seorang petugas kesehatan dalam mencapai
keberhasilan suatu program, namun keberhasilan program penyuluhan kesehatan tergantung dari komunikasi petugas
dalam melaksanakan peran dan fungsinya secara professional khususnya di Puskesmas
Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie. Selama ini penyuluhanan kesehatan
hanyalah sebatas penyuluh kesehatan yang bertugas memberikan informasi, Padahal
seorang perawat bukan hanya memberikan
informasi tetapi juga dapat berperan sebagai pendidik, motivator kesehatan, dan
agen perubahan (perubahan perilaku sehat). Hubungan komunikasi yang erat antara petugas kesehatan
dan masyarakat sangat penting dan harus terjadi interaksi sosial yang
bermanfaat. Petugas kesehatan harus tanggap terhadap kebutuhan masyarakat yang
mereka layani.
Puskesmas masih belum
berhasil dalam menggali, menghimpun dan mengorganisasi partisipasi masyarakat
serta membina kemitraan dengan sektor lain yang terkait. Selama ini penyuluhan
yang dilakukan perawat Puskesmas Peukan Baro masih kurang efektif dalam
komunikasi persuasif. Hal ini dapat dibuktikan dengan perilaku
masyarakat yang enggan membuat tempat sampah, pasien seolah tidak peduli akan
kesehatannya ketika sehat kembali karena sudah kebiasaan gaya hidup yang tidak
sehat dan selalu berpikiran kuno dengan menumpuk sampah di sudut rumah dan
membakarnya, kemudian masyarakat masih kurang memperhatikan kebersihan dalam
rumahnya sehingga banyak anak-anak yang terkena demam berdarah saat musim hujan
tiba, dalam hal kebersihan lingkungan juga masih cukup
memprihatinkan. Hal ini disebabkan karena ternak-ternak milik masyarakat
seperti sapi, kambing, dan kerbau masih berkeliaran bebas tanpa pengandangan.
Selain itu, dukungan dana/anggaran untuk petugas yang akan melakukan penyuluhan
juga masih tergolong sangat terbatas.
Berdasarkan uraian
tersebut maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Komunikasi Perawat dalam Memberi Penyuluhan Kesehatan (Study pada
Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah:
1.
Bagaimana komunikasi perawat dalam
memberi penyuluhan kesehatan di Puskesmas
Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie ?
2.
Apa saja kendala komunikasi perawat
dalam memberi penyuluhan kesehatan di puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten
Pidie ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang
hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:
1.
Untuk mengetahui komunikasi perawat
dalam memberi penyuluhan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten
Pidie.
2. Untuk
mengetahui kendala komunikasi yang terjadi pada perawat dalam memberi
penyuluhan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Peukan Baro Kabupaten Pidie.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian bersifat
teoritis dan manfaat praktis:
1.
Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambahkan khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
komunikasi dan penyuluhan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Menjadi pedoman sekaligus referensi bagi
mahasiswa yang ingin mendalami ilmu komunikasi dan penyuluhan, terutama
mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Ar-Raniry Banda Aceh
b.
Sebagai tambahan pengalaman dan wawasan
bagi peneliti sendiri tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan komunikasi
dan penyuluhan.
No comments:
Post a Comment